Selasa, 06 Mei 2008

televisi pendidikan

— Suasana kampus Universitas Dian Nuswantoro (Udinus)Semarang, Jawa Tengah, terasa agak berbeda dengan perguruan tinggi lainnya di Semarang. Perbedaannya terutama pada banyaknya pesawat televisi yang terpasang di rak-rak tinggi di setiap pilar besar yang menyokong bangunan kampus megah di Jalan Nakula No. 1 itu.
Hal lain yang menarik, semua pesawat televisi itu menyiarkan program acara dari stasiun yang sama, yakni stasiun TVKU atau kependekan dari Televisi Kampus Udinus. Stasiun televisi apakah TVKU itu?
Stasiun televisi yang siaran di saluran 23 UHF itu milik perguruan tinggi yang semula bernama Sekolah Tinggi Manajemen dan Ilmu Komputer (STMIK) Dian Nuswantoro. Studio tersebut berada di lantai 5 Gedung D Kompleks Kampus Udinus.
Keadaan studionya tampak sederhana, terdiri atas lima ruang, yaitu ruang pimpinan studio atau direktur, ruang editing, ruang kontrol(control room), serta dua ruang studio untuk rekaman (acara kuis dan talkshow) dan untuk siaran berita.
Sebagai televisi yang lahir dari kampus, TVKU memosisikan dirinya sebagai televisi yang tak jauh dari habitatnya, yakni pendidikan.Direktur TVKU Dr. Yuliman P, M.Eng menegaskan stasiun televisi itu membawa idealisme sebagai stasiun televisi pendidikan. Hal ini didasari oleh kenyataan bahwa belum ada televisi yang benar-benar memiliki program pendidikan.
”Televisi pendidikan padahal sangat strategis dalam rangka turut mencerdaskan bangsa dan memberikan alternatif solusi bagi banyak persoalan yang timbul di masyarakat lewat program-program siaran yang berkualitas dan tepat sasaran,” kata Yuliman, saat ditemui SH di ruang kerjanya, baru-baru ini.

Komersial
Perintisan TVKU sebagai televisi yang melakukan siaran untuk publik,dimulai tahun 2003. Ketika itu, Rektor Udinus Edy Nursasongko mengajak sejumlah staf pengajar di kampusnya untuk mendirikan sebuah televisi komunitas. TV komunitas itu diniatkan untuk mendukung proses belajar-mengajar di Udinus. Namun, upaya tersebut terganjal masalah perizinan.
Niat mendirikan TV komunitas akhirnya diubah menjadi TV komersial.Tetapi karena didirikan kalangan kampus, TV komersial itu tetap berada di jalur pendidikan. Izin operasional TVKU berasal dari SK Gubernur Jawa Tengah No. 483/116/2003 tanggal 13 September 2003.”Sejak saat itu, kami sudah mulai melakukan uji coba siaran hingga akhirnya kami resmi mengudara mulai tanggal 1 Desember 2004 yang lalu,” kata Yuliman lagi.
Production Manager TVKU, Ir. Lilik Eko Nuryanto, M.Kom, menjelaskan bahwa waktu siaran sejak bulan Desember terbagi dalam dua termin. Termin pertama pukul 12.00 s/d 17.00 WIB, kemudian berlanjut mulai pukul 18.00-22.00 WIB. Ini berlaku setiap hari Senin-Minggu.
”Siaran sore hingga malam merupakan siaran ulangan dari acara yang sudah disiarkan pada siang harinya,” kata Lilik.
Meski telah mengudara secara luas dan mengandung konsekuensi siap bersaing dengan semua stasiun televisi yang sudah ada, TVKU tetap berkomitmen di jalur pendidikan. Sebagian besar program acaranya atau 70 persen bermuatan pendidikan dan 30 persen lainnya hiburan . Siapkah TVKU bersaing dengan stasiun TV yang lain? Yuliman kembali mengatakan posisi yang diambil pihaknya dengan mengambil siaran di jalur pendidikan menjadi kelebihan yang akan dijual kepada pemirsa maupun pemasang iklan. Dunia pendidikan ini belum disentuh oleh pengelola TV manapun di Indonesia.
Acara pendidikan itu sekaligus juga menjadi acara-acara unggulan TVKU. Materi pendidikan hadir di hampir setiap acara, mulai dari acara berita hingga acara kuis cerdas cermat untuk SLTA. Di samping itu, TVKU juga hadir dengan program acara berbahasa Inggris bernama ”Relax News” setiap hari. Sementara untuk acara hiburan, ada acara ”Profil Artis Semarang” yang disiarkan setiap Minggu sore.
Kendala yang saat ini masih dirasakan, menurut Yuliman dan Lilik, menyangkut sumber daya manusia (SDM). Jumlah pengelola TVKU baik di jajaran manajemen maupun redaksi saat ini hanya 30 orang.
”Mereka mayoritas mahasiswa yang magang di sini. Sementara itu, tenaga profesionalnya baru ada dua orang. Semua belajar secara otodidak,” kata Yuliman.
Di samping itu, besarnya biaya produksi yang mencapai rata-rata Rp 30 juta per bulan juga menjadi tantangan tersendiri bagi jajaran pengelolanya, apalagi dana produksi tersebut sampai saat ini masih berasal dari yayasan. Menyangkut dana, pihak TVKU masih selektif dalam menerima iklan dari luar, misalnya menolak iklan rokok dan minuman beralkohol.
Meski dikerjakan oleh para pengelola dengan kapasitas serta dana terbatas, sambutan masyarakat sangat membanggakan. Menurut Lilik Eko, TVKU sudah menjangkau wilayah-wilayah yang sebelumnya tidak diperkirakan. Misalnya saja untuk bagian barat menjangkau sampai Pemalang, Timur hingga Blora, utara sampai Jepara, selatan mampu menembus hingga Wonosobo, bahkan siarannya sampai di Ponorogo, Jawa Timur. ”Banyak sekali surat atau telepon dari wilayah-wilayah yang semula jauh dari bayangan kami,” kata Lilik.
Meluasnya jangkauan siaran dan banyaknya pemirsa yang menonton TVKU, lanjut Yuliman, lebih didasari oleh ketertarikan materi pendidikan yang disiarkan. Di daerah-daerah dalam coverage area tersebut lebih mengenal TVKU sebagai satu-satunya TV lokal di Jawa Tengah, meski sebetulnya di Semarang sudah ada TV swasta lokal, yakni TV Borobudur dan PRO TV yang sudah berdiri sebelumnya.
Rencana ke depan yang saat ini masih terus diupayakan adalah bisa memenuhi jam siaran ideal, yakni 18-24 jam. Menurut Yuliman, pihaknya sudah berancang-ancang untuk siaran 24 jam pada tahun keempat. Meski siaran 24 jam, program acara tetap pada dunia pendidikan.
”Kami sudah bertekad untuk menjadi satu-satunya televisi pendidikan di Indonesia yang berizin resmi dan melakukan siaran untuk publik.Kelak kalau setiap orang ditanya soal televisi pendidikan, jawabnya pasti TVKU. Untuk ke sana, kami sedang merintis,” kata Yuliman,optimistis.
Salah satu rintisan nyata adalah terjalinnya kerja sama dengan sejumlah pihak seperti Pustekkom Depdikbud dalam me-relay program TV Edukasi serta kerja sama dengan Voice of Amerika (VOA).

Tidak ada komentar: